Selasa, 25 Oktober 2011

Sejrah Singkat Guinea

Akhir Operasi Napoleon di Austria
Tanggal 24 September tahun 1805, pasukan "Grande Armee" Napoleon Bonaparte mengakhiri operasi militernya di Austria.
Operasi militer ini dilancarkan untuk mencegah serangan tentara Austria. 200 ribu tentara Perancis dalam waktu 27 hari menyerang dari tepi sungai Rhine dan menjatuhkan kekalahan telak kepada tentara Austria.
Meskipun Austria merupakan sahabat Perancis, namun dalam perundingan rahasianya dengan Rusia dan Inggris, Austria bermaksud menggulingkan Napoleon.
Jerman Mengebom Warsawa
Tanggal 24 September tahun 1939, dimulailah pengeboman besar-besaran di Warsawa, Polandia, oleh pasawat-pesawat Jerman. Pengeboman ini dilakukan pada awal Perang Dunia Kedua dan terjadi selama tiga hari. Setelah melakukan perlawanan hebat, rakyat Warsawa akhirnya menyerah kepada Jerman. Hitler telah memerintahkan kepada pasukan Nazi agar dengan cara apapun, kota ini harus ditaklukkan. Dalam pengeboman ini, lebih dari 15 ribu rakyat Warsawa tewas.
Guinea Merdeka
Tanggal 24 September tahun 1974, Guinea Bissau meraih kemerdekaannya dari Portugis. Pangeran Henry dari Portugis mendarat di Guinea Bissau pada tahun 1446 dan sejak saat itu, Portugis menjajah negara ini hingga abad ke-20. Selama masa penjajahan Portugis, wilayah ini diberi nama Guinea Portugis.
Pada abad ke-17 dan ke-18, negara ini menjadi kawasan perdagangan budak oleh bangsa Eropa. Sejak pertengahan dekade ke 1960, kebangkitan rakyat negara ini dalam melawan penjajah semakin meningkat. Pada tahun 1970, pengontrolan dua pertiga wilayah Guinea Bissau berada di tangan para pejuang kemerdekaan. Akhirnya, Portugis pada tahun 1974 mengakui kemerdekaan Guinea Bissau.
Guinea Bissau memiliki luas wilayah lebih dari 36 ribu kilometer persegi dan berbatasan dengan Guinea dan Senegal.
Rumah Imam Khomeini di Najaf Dikepung
Tanggal 23 September tahun 1978, pasukan keamanan rezim Ba'ats Irak yang bekerjasama dengan Rezim Syah Pahlevi Iran, mengepung rumah Imam Khomeini di Najaf.

Rezim Ba'ats memerintahkan kepada Imam Khomeini agar tidak melakukan wawancara dengan wartawan, mengeluarkan pernyataan, dan mengkritik pemerintahan Iran. Namun, Imam Khomeini dalam menjawab perintah ini menyatakan, " Di manapun saya berada, saya akan menjalankan kewajiban syar'iy."
Tak lama kemudian, pemerintah Irak memaksa Imam Khomeini meninggalkan negeri itu. Imam Khomeini kemudian pindah ke Paris dan sejak itulah gerakan revolusi Islam semakin menggema ke seluruh dunia. Pada tahun 1979, revolusi Islam Iran mencapai kemenangannya.
Imam Ja'far Shadiq Gugur Syahid

Tanggal 25 Syawal tahun 148 Hijriah, Imam Ja'far Shadiq a.s., cucu Rasulullah SAWW generasi ke-lima, gugur syahid akibat dibunuh oleh rezim yang berkuasa saat itu, yaitu Dinasti Abbasiah. Imam Ja'far Shadiq lahir pada tahun 83 Hijriah di kota Madinah dan dibesarkan oleh ayah beliau, Imam Baqir a.s. Setelah Imam Baqir gugur syahid, tampuk imamah (kepemimpinan kaum muslimin) dilanjutkan oleh anak beliau, Imam Ja'far Shadiq a.s. yang saat itu berusia 31 tahun.
Sebagaimana yang juga dialami ayah dan kakek-kakek beliau, serta kelak anak dan cucu beliau, Imam Ja'far Shadiq dan para pengikutnya mengalami tekanan dan represi dari Dinasti yang berkuasa saat itu. Namun, karena saat itu tengah terjadi perebutan kekuasaan kekhalifahan Islam antara Dinasti Muawiyah dan Abbasiah, tekanan terhadap Imam Ja'far Shadiq dan para pengikut Ahlul Bait tidak terlalu besar, sehingga beliau memiliki kesempatan untuk menyebarluaskan ajaran dan ilmu-ilmu Islam.
Tercatat ribuan ahli fiqih dan cendikiawan Islam datang ke majelis ilmu Imam Ja'far Shadiq untuk menuntut ilmu di berbagai bidang, mulai dari agama, teologi, kedokteran, kimia, hingga astronomi. Jabar bin Hayan, seorang
kimiawan besar dunia Islam adalah salah satu murid Imam Ja'far Shadiq. Imam Ja'far Shadiq dan ayah beliau, Imam Muhamamd Baqir, adalah pendiri pusat keilmuwan terbesar di dunia Islam saat itu, di kota Madinah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar